Minggu, 20 Desember 2015

Tempatkan Iman Di Atas Cinta

http://bungahati.net/513-703-large/bunga-matahari-vas-kaca-cantik.jpg
http://bungahati.net/513-703-large/bunga-matahari-vas-kaca-cantik.jpg
Hari itu, ada undangan pertemanan di BBM saya. Awalnya berkernyit, merasa tidak kenal. Karena memori hape yang seadanya dan sudah penuh, saya pun kadang 'milih-milih' untuk urusan contact di BBM maupun WA. Hape sering ngehang kawan, heuheueheu dan saat ini bukan waktu yang tepat untuk minta lem biru ke donatur tetap alias suami hahaha

Sudah lah membicarakan tentang gadget saya hehehe. Akhirnya saya pun meng-accept  permintaan teman yang berkali-kali membunyikan notifikasi. Dan setelah berkenalan, saya pun berucap hamdalah, karena kami sudah dipertemukan oleh Allah Swt. 

Wanita cantik yang sebut saja namanya Neng ini curhat, tentang rumah tangganya yang diujung tanduk. "Saya sudah menikah, Teh. Suami saya adalah seorang muallaf. Tapi setelah dua bulan pernikahan, dia kembari kepada keyakinannya yang dulu. Sedih Teh, saya yang merasa ini tidak benar. Saya berusaha mengingatkannya, tapi suami bilang bahwa dia tidak akan mencampuri iman saya, juga tidak akan mengajak saya pindah ke agamanya. urusan agama itu urusan masing-masing."

Deg..., sampai di sini, dada saya bergetar karena haru. Subhanallah, kisah yang beberapa tahun lalu sempat jadi rame di infotainment karena pelakunya artis sekarang dialami oleh orang biasa macam Neng. Hebatnya, Neng yang merasa bahwa kondisi ini tidak benar dan tidak betah tinggal di rumah penuh pernak-pernik agama suaminya, memilih untuk kembali ke rumah orang tuanya.  

Memang, menikah itu bukan sekedar untuk menemukan jodoh atau teman hidup. Bukan untuk melegalkan hidup bersama dengan lawan jenis. Bukan karena dikejar-kejar umur yang semakin tua. Juga bukan untuk memenuhi hasyrat biologis semata. Tapi untuk menggenapkan setengah din ( agama ). Itu lah kenapa Islam memandang pernikahan sangat tinggi dan berharga.

Jika pemahamannya, menikah untuk menggenapkan Din, maka secara keimanan harus pada satu kesatuan. Tidak ada perbedaan iman di dalam menggenapkan Din. Pastinya tidak akan mungkin genap ( utuh ) jika dalam rumah tangga yang dibangun ada dua keyakinan yang berbeda. Di sini lah, kenapa agama menjadi satu persyaratan utama dalam memilih pasangan di atas cinta, penampilan, harta maupun keturunan.

Ketetapan Allah juga bahwa saya menuliskan kisah seperti ini dalam buku Surat untuk Muslimah ( Ayesha el Himah Quanta Elex Media Komputindo ). Judulnya,  Cinta Saja Tidak Cukup . Saya masukkan  sub bab ini di Bab 2 Pelayan di Dunia, Bidadari di Syurga  yang memang membahas tentang pernikahan dan pasangan. Di bab itu saya betul- betul menuliskan kisah tentang penistaan agama yang pernah dituduhkan pada seorang artis yang menjadi muallaf sebelum menikah dan setelah menikah menyatakan pkeislamannya tidak benar. ( bagi yang mau baca versi komplitnya, ke toko buku dan beli bukunya ya..., atau bisa juga via toko buku on line hehehe ).



Ada sebuah pesan penting untuk para muslimah, bahwa menikah itu jangan hanya berdasarkan cinta ( catet ya...). Karena berkali-kali Rasulullah menjelaskan bahwa agama atau iman adalah dasar awal dalam membangun rumah tangga yang bisa mengundang ridha Allah Swt. Dalam Al Quran jelas-jelas diatur tentang larangan menikahkan seorang muslimah dengan laki-laki yang  tidak seiman.

"Janganlah kamu nikahkan orang-orang musyrik ( dengan wanita-wanita mukmin ) sebelum mereka beriman ." ( QS. Al Baqarah : 221 )

"Nikahilah kali-laki shaleh dan carilah istri shalehah yang memiliki pengetahuan agama yang cukup. Minimal tahu tentang pokok-pokok ajaran agama Islam."
( Al Hadist )


http://www.rumahnikah.com/wp-content/uploads/2014/10/Pengertian-Akad-Nikah-Dalam-Islam-300x300.jpg
http://www.rumahnikah.com/wp-content/uploads/2014/10/Pengertian-Akad-Nikah-Dalam-Islam-300x300.jpg
 

Saya jadi ingat dengan sebuah kisah indah tentang kokohnya iman seorang muslimah. Sebuah kisah yang saya ceritakan dengan harapan menguatkan hati Neng. Dia adalah Ummu Habibah yang beriman bersama suaminya. Karena kondisi penindasan dan siksaan yang dialami kaum muslimin di Mekkah maka, perintah untuk hijrah ke Habasyah pun turun. Ummu Habibah berangkat bersama suaminya. Beberapa waktu tinggal di Habsyah, rupanya keimanan suami Ummu Habibah mulai berubah. Sampai akhirnya dia pun memilih keluar dari Islam dan menjadi seorang Nashara ( karena dulu Habasyah adalah negeri yang mayoritas penduduknya bergama Nasrani ).

Ummu Habibah yang bersedih berusaha mengajak suaminya untuk kembali pada Islam. Sayang, apa yang diharapkannya tidak menjadi kenyataan. Tapi Allah menggantinya dengan kebaikan berkali lipat. Rasulullah mengirim pinangan untuknya dari Madinah. Hingga Ummu Habibah pun menjadi satu dari Ummahatul Mukminin.

Saya yakin teman baru saya  juga masih sangat sayang dengan suaminya. Dia pun bercerita selalu berdoa dan berusaha terus mengingatkan suaminya untuk kembali pada Islam. Di akhir percakapan pun saya menuliskan kata-kata dengan harapan menyemangati Neng, "Yang sabar, yang kuat... yakin, Insha Allah di depan ada takdir yang jauh lebih baik untuk Teteh. Dan kalau pun dia ( suami Neng ) tidak mau kembali pada jalan kebenaran, yakin Allah akan mengirimkan imam yang jauh lebih baik dan lebih shaleh untuk teteh."

Teriring doa dan semangat untuk teman muslimahku yang cantik dan shalihah ***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar