Minggu, 22 Februari 2015

Arti Kehadiranmu, Nak!





Arti Kehadiranmu, Nak

( for you..., Omar)

Hari ini tepat Omar dua tahun, Alhamdulillah. Rasanya, baru kemarin ya Dik, ibu didorong masuk ke ruang operasi untuk persalinan caesar. Gak ada rencana, beda rasanya saat menghadapi caesar yang pertama saat melahirkan si kembar  8 tahun yang lalu. Dua minggu sebelum TP, posisi kamu di rahim ibu baik-baik saja. Semua optimis bakalan bisa persalinan normal. "Tinggal nunggu kontraksi aja, Bu!" ujar dokter dengan senyum yang terasa melegakan hati.

Well, ibu pun makin rajin tuh nyari-nyari kontraksi. Mulai dari jalan kaki bolak-balik antar dan jemput Mbak Yesha sekolah, ke mini market pun sengaja nyari yang agak jauhan, maksud hati biar jalannya makin jauh. Eh...yang ada malah tetangga dan orang yang kenal yang ketemu pas lewat malah wanti-wanti, "Aduh Ibu...naha tebih-tebih pisan atuh... kade ah...!" eaaaaa....ngakak deh!

usia kandungan dah sampai 39 minggu, kamu masih nyaman aja Dik, di rahim. Bahkan kerasa sama ibu, kandungan kok kayak yang tinggi lagi ya. Dan bener saja, pas USG lagi, ekspresi dokter tampak tidak baik. "Posisi bayi gak ada di jalan lahir, miring dan jauh sekali. Untuk sementara ketuban masih layak dalam artian bagus." Deg..., Ya Allah... asli lemes banget tuh.

Dokter memberi waktu seminggu lagi, hingga usia kandungan sampai 40 minggu ( usia maksimum). Itu juga mempertimbangkan kondisi ketuban. "Kalau ada kontraksi, kita bisa upayakan normal. tapi kalau sampai batas ini tidak ada kontraksi pilihannya caesar ya...."

Awalnya, mencoba santai karena ini berarti persalinan caesar yang kedua. dulu waktu si kembar USG kamis sore, masuk ruang operasi senin siang. dan kini diberi waktu seminggu, ah...semoga saja ada pertolongan dan kemudahan yang diberikan Allah. Karena masih keukeuh niat persalinan normal maka sepanjang perjalanan pulang kepala penuh dengan jadwal treatmen agak posisi bayi turun dan upaya mengundang kontraksi. Di sini suami dah mulai menatap khawatir, lihat istrinya komat-kamit dan manggut-manggut sendiri hehehe...( ya iyalah kalau komat-kamit barengan bisa-bisa lagi berdoa bersama kan ya...hehehe)

Hasilnya tidak ada perubahan, yang ada malah kepala pusing dan migren melanda. aku pun jadi sering cemas dan kesal karena semua usaha tidak menghasilkan kondisi yang aku inginkan.Sampai suami mengingatkan, bahwa semua sudah diatur oleh Allah. "Allah yang memasukkan ( mengisi ) isi rahim dan Allah juga yang akan mengeluarkannya. Allah sudah mengisi dengan yang terbaik, maka Allah juga akan memberi jalan keluar yang terbaik juga. kewajiban urang mah usaha sareng tawakal. ulah maksa... daa.. dipaksa ge moal tiasa."

Huhuhu... mewek deh daku ngedenger semua nasehat suami. Tapi memang saya suka ngeyel, malam sebelum operasi masih aja coba usul tunggu seminggu lagi. "Siapa tahu lusa ada kontraksi." Ujarku. "Apa hanya persalinan normal yang ibu pikirin, gak kasihan sama Adik. Ibu sendiri dah bilang pakaian dalam dah basah terus ( ketuban dah kerasa merembes ) dan lendir warna hijau muda juga dah sering keluar. Hem..., coba terima ini sebagai jalan terbaik dari Allah. pikirin kondisi Adik, jangan sampai dia dalam bahaya karena keteledoran kita."

Makanya, ketika saya melihat liputan pasangan artis yang mempersiapkan mental baik untuk persalinan normal atau caesar, saya setuju banget. siapa sih yang tidak ingin merasakan persalinan normal, dan pulih dengan cepat? tapi jika kondisi ternyata tidak memungkinkan ya jangan maksa. sebaiknya mempersiapkan mental dan meyakini bahwa persalinan dengan jalan apa pun pertaruhan nyawa. hitungannya tetaplah sebuah perjuangan.

Trus bagaimana kalau tidak menyiapkan mental, ya kayak yang saya alami. selama masa penyembuhan merasa stres berat alias depresi. Lagi-lagi penyakit maksa gak ilang-ilang nih, hehehe. ternyata penyembuhan caesar kedua tidak semulus caesar pertama. mungkin karena penyatuan daging pada luka yang kedua lebih berat dari yang pertama. Dokter sih terus kasih support, bahkan dia tidak menyuruh saya bolak balik kontrol karena melihat perkembangan yang signifikan. lha.. malah saya yang sering merasa sewot karena perih dan luka di perut tak kunjung hilang hemm....Astaghfiullah!

Tapi mendengar kisah teman-teman yang lain yang lebih parah dari saya padahal mereka caesar pertama, saya jadi malu karena banyak ngeluh. padahal tidak ada yang membuat saya 'terburu-buru' untuk sembuh. Apalagi di sisi saya ada bayi yang membutuhkan asupan ASI dan di sisi lain ada tim suporter terbesar yang siap mendukung saya, siapa lagi kalau bukan suami, anak-anak dan keluarga.

Hingga sekarang setiap memandang anak-anak saya selalu teringat saat-saat mereka hadir. Ada kalanya geli terasa saat mengingat perjuangan tiap kali persalinan. ada moment dimana saya harus meringis sepanjang Bandung-Tegal hanya karena ibu ingin saya melahirkan di dekatnya. Ada juga saat sudah siap operasi, eh malah sibuk pindah rumah sakit karena inkubator hanya satu, sementara saya butuh dua, atau suami yang tidak bisa keluar masjid karena sudah siap jum'atan sementara kontraksi sudah lima belas menit sekali, dan juga melahirkan ditolong bidan yang sedang nyidam mual-mual dan bolak-balik menin bobokan anaknya wakakakakak..., kayaknya kalau dibikin buku bisa jadi satu novel tuh hihihi...subhanalallh... Alhamdulillah...

Dan Omar, ini untukmu sayang... agar selalu ingat, ayah ibu berbahagia dengan kehadiranmu. Alhamdulillah ala kulli hal.*** 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar