Kamis, 09 Januari 2014

 Karena Tidak Ada yang Sia-sia





"Do'akan saja bu, nasib kami berubah. rezeki kami akan lebih baik. Bosen juga setiap bulan gali lubang tutup lubang..." Keluh seorang sahabat yang langsung kuamini.

Saat ini, aku memang harus lebih banyak bersyukur.   Kondisi keuangan keluargaku termasuk cukup.  lebih bersyukur lagi karena dalam beberapa kesempatan aku dan suami masih  bisa mengirim beberapa rupiah ke Mamah ( ibuku)  dan Bapak mertua. Karena beberapa tahun kebelakang pun, kondisi keluargaku termasuk kekurangan. Kadang saat menerima gaji dari suami bingung sendiri. Karena banyaknya pos- pos yang harus tertutup. Ujung- ujungnya yang tersisa di tangan hanya sekian ratus ribu rupiah yang harus cukup untuk sebulan. Bingung saat melihat kebutuhan gizi empat anak yang masih dalam masa pertumbuhan. belum lagi saat harus ada pengeluaran tambahan seperti sakit atau iuran ini itu dari sekolah si sulung. Hemm...rasanya menyesakkan dada. Bikin pusing sampai ubun- ubun.

Pernah suatu hari aku betul- betul kehabisan uang. sejak pagi aku sudah bilang ke suami tentang kondisi ini. Suamiku hanya diam, mungkin dia sedang berpikir mau cari pinjaman kemana lagi nih hehehe. melihat reaksinya, buru- buru aku bilang," Insyaallah ada rezeki Yah, usaha saja yang terbaik..."
Suami pun kembali terlihat bersemangat. Jujur saja, aku lebih takut kalau suamiku pergi kerja dalam kondisi pikiran kalut. saat- saat seperti itu biasanya setan demen banget menggoda untuk berbuat salah. Entah itu menggambil hak orang lain, mencuri atau bohong sana sini. Waduh..., bahaya....bisa- bisa aku memasukkan bara api neraka ke perut anak- anakku. ihh...ngeri....kan!

Suamiku pun pernah harus berpanas- panas di tengah teriknya matahari. Berjalan kaki, turun naik angkot untuk mengerjakan sebuah proyek. Kejadiannya pas banget di bulan puasa. Dia berharap hasil proyekan kali ini bisa dipakai untuk berlebaran bersama keluarga.  "Alhamdulillah Bu, Ayah gak sampai batal puasa. Masyaallah panasnya.... ." Nyes..., hatiku makin sakit. Ya Allah...., kali ini asli aku langsung mewek sambil terus berdo'a agar semua usaha suamiku diridhaiNya.

Aku pun makin paham susahnya cari uang. Makanya, saat membelanjakannya pun mikir berkali- kali. Penting, perlu, mendesak atau tidak. Kalau tidak, beli saja yang betul-betuk kebutuhan pokok. Kudu pinter memilih maka kebutuhan pokok, sekunder dan tersier, agar lumbung tidak bocor. Syukur- syukur bisa nabung walau receh- receh di celengan. Minimalnya saat uang yang lembaran habis, masih bisa kodok- kodok celelngan untuk sekedar membeli tempe hehehe....

Aku juga jadi tidak suka jajan. Dan kebiasaan itu aku tularkan pada anak- anakku. Sebisa mungkin kubuatkan kue atau cemilan yang sesuai dengan dompetku. Entah itu bubur kacang hijau dengan kuah berlimpah. Atau pisang berlumur susu kental manis tanpa keju. Bisa juga bala- bala atau bakwan minus udang. Karena hanya ada wortel, kol kadang dicampur buncis sebagai pemanis.

satu lagi hasil dari perjalanan hidupku, bahwa lihatlah yang dibawah kita agar selalu bersyukur. Ternyata, masih banyak orang yang hidupnya jauh lebih susah dari kondisi diri. dan itu terus terbawa sampai sekarang, walau kondisiku sudah jauh lebih baik, paling tidak suak melihat ke atas. Takut malah gelisah dan stress hehehehe. " Syukuri apa yang ada aja, itu jauh lebih menyenangkan," ujarku setiap kali mendengar anak- anak mengeluh karena tidak bisa jajan seperti teman- temannya.

Kembali ke kisah temanku, saat ini pun aku yakin sekali banyak juga yang masih dalam kondisi kekurangan. Bukan mau sok menasehati apalagi sok mengugurui,  tapi mungkin satu hadist ini bisa menginspirasi. bisa menjadi pengingat bahwa Allah Maha Adil dalam hal apapun terhadap ummatnya. Bahwa mengurangi keluhan itu jauh lebih baik dari pada mengobral kesusahan ( apalagi obralnya di media sosial hadeuhh..empet deh bacanya juga). Bahwa memperbanyak pengharapan jauh lebih disukai oleh pemilik Kekayaan dan Yang Maha Kaya, Allah Al Ghani.

"Sesungguhnya diantara dosa- dosa ada yang tidak bisa ditebus ( dihapus) dengan pahala shalat, sedekah, atau haji. Namun hanya dapat ditebus dengan kesusahpayahan dalam mencari nafkah." (HR. Thabrani).

Nah, jadi tambah semangat mencari nafkah yang halal untuk keluarga kan kawans...Insyaallah, walau rezeki berupa materi belum ada di tangan saat ini, tapi mudah- mudahan terhapusnya dosa- dosa membuka keridhoan Allah untuk membuka pintu- pintu rezeki buat diri dan keluarga. Yakinlah, tidak ada yang sia- sia, tidak ada yang tidak bermanfaat. lagi pula, hapus deh gambaran kalau rezeki itu hanya uang or materi semata. Bukankah kita bisa melihat senyum anak- anak dan pasangan juga sebuah keberkahan?


Wallohua'lam bishowab.
Inspirasi jum;at mubarrok- by: Ummu Ayesha ( ayesha El himah)

2 komentar: